Thursday, January 14, 2010

CEREMAI (Phyllanthus acidus [L.] Skeels.)

Pohon ini berasal dari India, dapat turnbuh pada tanah ringan sampai berat dan tahan akan kekurangan atau kelebihan air. Ceremai banyak tanam orang di halaman, di ladang dan tempat lain sampai ketinggian 1.000 m dpl

biji bulat pipih berwarna cokelat rnuda. Daun muda bisa dimakan sebagai sayuran. Buah muda bisa dimasak bersama sayuran untuk menyedapkan masakan karena memberi rasa asam. Buah masak dapat dimakan langsung setelah diremas dengan air garam untuk mengurangi rasa sepat dan asam, dimakan setelah dibuat manisan atau selai. Perbanyakan dengan biji atau okulasi.

Penyakit Yang Dapat Diobati


Daunnya berkhasiat : Menguruskan badan, mual, kanker, batuk berdahak, dan sariawan.
Kulit akar berkhasiat : Asma, sakit kulit
Biji berkhasiat :
Sembelit , mual akibat perut kotor.

Sembelit
Siapkan biji ceremai sebanyak 3/4 sendok teh, cuci lalu digiling halus. Seduh dengan 1/2 cangkir air panas. 1 sendok makan madu, aduk sampai rata kemudian minum. Lakukan 2 kali sehari.

Siapkan daun ceremai segar sebanyak 3 g, dicuci lalu tumbuk halus. Seduh dengan 1/2 gelas air panas, Hasil seduhan diminum sekaligus bersama ampasnya.

Asma
Siapkan biji ceremai sebanyak 6 biji, bawang merah 2 butir, akar kara (Dolichos lablab) 1/4 genggam, buah lengkeng 8 butir, dicuci lalu tumbuk. semua bahan tersebut lalu direbus dengan 2 gelas air sampai tersisa 1 1/2 gelas. saring lalu minum dengan air gula secukupnya. Sehari 2 kali, masing-masing 3/4 gelas.

Kanker
Siapkan daun ceremai yang masih muda sebanyak 1/4 genggam, daun belimbing 1/3 genggam, bidara upas 1/2 jari, gadung cina 1/2 jari, gula enau 3 jari, dicuci lalu dipotong-potong , semua bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 3/4 bagian. disaring, inum. Sehari 3 kali, masing-masing cukup 3/4 gelas.

Melangsingkan badan
Minum air rebusan daun ceremai. Obat ini bekerja kuat, jangan menggunakan dalam jangka waktu lama.

CATATAN : Cairan akar beracun. Sebaiknya tidak menggunakan akar ceremai untuk pengobatan.

No comments:

Post a Comment